Kabar Politik Terkini dan Terpercaya Indonesia

PDIP Pecat Keluarga Jokowi, Suyuti: Kacang Lupa Kulitnya

Ketua DPC PDIP Kendal Akhmat Suyuti. Foto: Wahyudi/Lingkar.co

Lingkar.co – Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Kendal Akhmat Suyuti mengatakan bahwa pemecatan keluarga Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) oleh PDIP sudah tepat.

“Jadi menurut saya apa yang dilakukan oleh Bu Mega selaku Ketua Umum itu sudah tepat untuk memecat Jokowi, Gibran dan Boby,” ujarnya, Selasa (17/12/2024).

Menurutnya, semua tindakan penghianatan oleh Keluarga Jokowi selama ini, telah menyakiti hati para kader PDIP dari pusat hingga paling bawah, sehingga pemecatan itu pantas diberikan.

“Orang tidak tau diuntung ya kayak gitu itu, kalau orang Jawa bilang itu kacang lali kulite (Kacang Lupa Kulitnya,” tandasnya.

Suyuti juga menceritakan bagaimana pengalamannya di saat harus mendukung Jokowi yang diusung PDIP menjadi Presiden, di mana semua kader telah berdarah-darah membelanya.

“Kita bisa mengingat, dari dia jadi Walikota siapa yang ngusung, sampai jadi Gubernur,  kemudian disaat Jokowi jadi Presiden itu, kan kita juga yang berjuang, membackup dia dari serangan isu-isu, jadi kita gotong royong memenangkan dia,” ujarnya.

Dari pengalaman ini, Suyuti menyatakan bahwa pemecatan Keluarga Jokowi harus menjadi pelajaran bagi semua kader PDIP pada semua tingkatan.

“Kita sebagai kader partai itu harus tegak lurus dan loyal dengan apa yang diperintahkan oleh pusat, kita itukan hanya petugas partai, entah dari pusat sampai daerah, jadi ketentuan dari pusat harus dipatuhi,” ujarnya.

Diketahui, Joko Widodo memulai karir politiknya dengan PDIP dari Wlikota Solo pada tahun 2005 bersam FX Hadi Rudyatmo. Kemudian menjadi Gubernur Jakarta pada Pilkada 2012 bersama Basuki Tjahaja Purnama. Belum genap memimpin selama lima tahun, pada 2014 ia maju pada Pilpres bersama Jusuf Kalla dan mengalahkan Prabowo Subianto.

Hingga pada Senin 16 Desember 2024 PDIP secara resmi memecat Jokowi beserta keluarganya, yakni Gibran dan Boby sebagai kader, dengan alasan bahwa tindakannya selama menjadi kader dapat mencederai kepercayaan rakyat kepada partai, seperti adanya dugaan cawe-cawe Jokowi dalam mengintervensi MK selama menjabat sebagai presiden pada akhir periodenya. (*)

Penulis: Wahyudi
Editor: Miftahus Salam