Pemkot Semarang: Kasus Kematian Tertinggi Karena Delay Data, Harus Direvisi!

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, menemui wartawan usai meninjau vaksinasi di Gor Jatidiri, Kamis (5/8/2021). FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkar.co
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, menemui wartawan usai meninjau vaksinasi di Gor Jatidiri, Kamis (5/8/2021). FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkar.co

SEMARANG, Lingkar.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, menanggapi angka kematian karena Covid-19 yang menempatkan Kota Semarang, urutan pertama tertinggi nasional selama Juli 2021.

Data tersebut sebelumnya disampaikan Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, dr. Dewi Nur Aisyah, pada diskusi daring, Rabu (4/8/2021).

“Untuk level kabupaten/kota yang menyumbang angka kematian tertinggi bulanan berasal dari Kota Semarang, lalu Jakarta Timur. Kemudian Garut, Jakarta Barat, Karawang, Jakarta Selatan, Kota Balikpapan, Sleman, dan Jombang,” ujarnya.

Merespon hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, meminta agar data tersebut direvisi.

Karena kata Hakam, data angka kematian terjadi karena adaya keterlambatan (delay) input.

“Ini ada delay data. Tapi tidak separah daerah lain. Jadi harus direvisi,” ungkapnya, saat meninjau vaksinasi di Gor Jatidiri Semarang, Kamis (5/8/2021).

“Delay tidak hanya di Semarang saja. Misalnya seperti di Wonosobo ternyata ada delay dalam penginputan. Makanya dalam minggu ini lonjakan kasusnya tinggi,” sambungnya.

Kemungkinan kata dia, pihak fasilitas kesehatan (faskes) khususnya rumah sakit, terlambat dalam menginput data, terutama angka kematian.

Kendati demikian, kata Hakam, grafik angka kematian telah menurun, seiring dengan membaiknya penangann Covid-19.

Dia mengatakan, pada 28 Juli 2021, keterisian ruang ICU mengalami penurunan meski tidak signifikan.

“Semula pada angka 92 persen kini turun menjadi 85 persen. Sama halnya dengan keterisian BOR,” ujarnya.

Dari 900 BOR yang ada pada tempat-tempat karantina terpusat, kini hanya 28 persen yang terisi. Sementara rumah sakit keterisiannya sekira 57 persen.

Pernyataan yang sama juga terucap dari ali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Menurutnya, saat ini jumlah kematian sudah menurun.

“Jika pada 21 Juli 2021 angkanya mencapai 6,2 persen, kini turun 6,1 persen,” ujar Hendi, sapaan akrab Walikota, saat meninjau vaksinasi di Gor Jatidiri, Kamis (5/8/2021). *

Penulis : Dinda Rahmasari Tunggal Sukma

Editor : M. Rain Daling

Baca Juga:
Dukung Gedor Lakon, Gus Chamzah Ajak Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesen