Lingkar.co – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, mengungkapkan penyebab merosotnya dukungan terhadap partai berbasis Islam di Pemilu.
Hal tersebut, berkaitan dengan hasil survei LSI Denny JA, perihal dukungan partai berbasis Islam di Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa dengan total pemilih Indonesia yang jumlah muslimnya 87 persen, partai berbasis Islam tidak pernah nomor satu, bahkan mengecil?
Direktur CPA-LSI Denny JA, Ade Mulyana, menganalisa penyebab merosotnya dukungan untuk partai berbasis Islam di Pemilu.
Mengutip dari rilis LSI Denny JA kepada Lingkar.co, Jumat (17/3/2023), penyebab pertama adalah depolitisasi Islam era Orde Baru selama 20 tahun atau periode 1978-1998.
“Pada masa itu, berlaku secara massif dan keras pemaksaan azas tunggul Pancasila (1985, melalui UU Partai Politik dan UU Keormasan)” kata Ade.
“Berlaku pula secara massif dan keras pendidikan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) di tetapkan melalui tap MPR 1978,” sambungnya.
Penyebab kedua, absennya capres berlatar belakang santri yang kuat. Padahal, Ade menilai, capres yang kuat menarik partainya kuat pula.
“Sejak pilpres pilihan langsung 2004, tidak ada capres yang kuat yang berlatar belakang politik Islam,” ucap Ade.
“Bahkan, Amien Rais yang populer sebagai tokoh reformasi pada 2004, sudah tersisih di putaran pertama,” sambungnya.
Lebih lanjut, Ade mengatakan, setelah pemilu presiden 2004, praktis tak ada capres berlatar politik Islam yang berhasil.
“Bahkan hanya untuk maju secara sah sebagai kandidat presiden tidak,” jelas Ade.
Penyebab ketiga, tidak ada inovasi yang segar dari partai berbasis Islam yang menambah dukungan dan pesona, sejak reformasi.
“Partai terbuka/nasionalis mengalami hal yang sama, tetapi mereka memiliki capres yang kuat untuk mengangkat partai,” ungkap Ade.

Partai Berbasis Islam di Pemilu 2024
LSI Denny JA, telah merilis hasil survei nasional terbaru terkait dukungan terhadap partai berbasis Islam di Pemilu 2024.
Survei dilaksanakan pada 4-15 Januari 2023, melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia, melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner.
Metodologi sampling menggunakan Multi-stage Random Sampling atau metode acak bertingkat, dengan Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/-2.9%.
Survei ini juga dilengkapi riset kualitatif yang dilakukan dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview.
Hasil survei nasional LSI Denny JA, menunjukkan persentase partai berbasis Islam di partai papan atas adalah nol.
“Tak ada partai berbasis Islam yang masuk dalam jajaran partai besar,” ucap Ade.
Berikut rincian elektabilitas partai politik berdasarkan hasil survei LSI Denny JA.
Partai papan atas dengan dukungan diatas 10 persen:
- PDIP: 22,7 persen.
- Golkar: 13,8 persen.
- Gerindra: 11,2 persen.
“Partai papan atas semuanya diisi oleh partai berbasis terbuka/nasionalis,” kata Ade.
Partai papan tengah dengan dukungan 4-10 persen: - PKB: 8.0 persen.
- Demokrat: 5.0 persen.
- PKS: 4.9 persen.
- Nasdem: 4.4 persen.
“Capaian tertinggi partai Islam hanya di posisi papan tengah saja,” ucap Ade.
Partai papan bawah dengan dukungan 1-4 persen: - Perindo: 2.8 persen.
- PPP: 2.1 persen.
- PAN: 1.9 persen.
“Dalam urutan partai kecil (dukungan 1-4 persen), didominasi oleh partai berbasiskan Islam,” ucap Ade.
Partai nol koma atau partai dengan dukungan dibawah 1 persen: - PSI: 0.5 persen.
- PBB: 0.3 persen.
- Garuda: 0.3 persen.
- Partai Ummat: 0.3 persen.
- Hanura: 0.1 persen.
- Partai Buruh: 0.1 Persen.
- Partai Gelora: 0.1 Persen.
- PKN: 0.1 persen.
Dukungan Menurun
Jika melihat hasil survei tersebut, Ade, mengatakan partai berbasis Islam secara keseluruhan potensial dukungannya menurun pada pemilu 2024.
“Partai Islam dalam pemilu tahun depan itu potensial memperoleh dukungan paling kecil sepanjang sejarah pemilu bebas di Indonesia,” kata Ade.
Dia mengatakan, yang dimaksud pemilu bebas disini adalah pemilu sejak era kebebasan partai politik era Reformasi (1999-2024), ditambah pemilu 1955.
Lebih lanjut, Ade mengatakan, setahun sebelum pemilu legislatif 2024, total perolehan partai Islam ketimbang partai terbuka/nasionalis berjarak sangat jauh.
Total dukungan suara untuk partai Islam mencapai 17,6 persen. Sedangkan, dukungan terhadap partai terbuka/nasionalis sebesar 61 persen.
“Jika dibuat dalam perbandingan, maka dukungan partai Islam dengan dukungan partai terbuka/nasional 1 berbanding 3.5,” pungkas Ade.
Penulis: M. Rain Daling
Editor: M. Rain Daling