Lingkar.co – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan menggelar Muktamar ke-X antara bulan Agustus atau September mendatang. Nama Muhammad Mardiono sebagai Plt Ketum saat ini dianggap sebagai yang paling bertanggung jawab atas kegagalan PPP tidak memiliki wakil di Senayan. Sehingga Mardiono dinilai cukup berat memenangkan kontestasi politik untuk menjadi orang nomor satu di partai Kakbah karena kecewa dengan hasil pemilihan legislatif (Pileg) Februari 2024 lalu, PPP tidak memiliki wakil di Senayan.
“Nasib PPP pada pemilu 2024 tidak lolos parliamentary threshold (PT) 4% membuat banyak kader PPP kecewa, maka para kader PPP terutama di zona Jawa menginginkan ada pergantian ketua umum DPP PPP karena dinilai gagal memimpin partai,” ujar Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, M. Kholidul Adib saat dikonfirmasi oleh lingkar.co pada Minggu (18/5/2025).
Namun demikian, sesuai kajian analisis, ia mengingatkan kegagalan PPP tidak mutlak kesalahan Mardiono. Sebab, ada banyak faktor yang harus dikaji untuk mendongkrak perolehan suara partai. “Banyak faktor yang menyebabkan PPP tidak lolos PT pada pemilu 2024, seperti kesiapan para caleg dalam menggarap basis pemilih terutama dari sisi ketokohan, jaringan dan logistik, hingga pilihan koalisi pendukung Pilpres 2024,” tuturnya.
Sebab, ia memperhatikan Pileg 2024 dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dengan Pilpres, dan kekalahan PPP berbanding lurus dengan hasil Pilpres. “Tapi faktor dominan dalam menentukan komposisi para caleg di suatu dapil harus matang, mempertimbangkan aspek ketokohan, jaringan caleg dan logistik,” paparnya.
Memperhatikan dinamika politik saat ini, ia menilai muktamar PPP harus menghasilkan ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang mampu merajut kembali kekuatan lama sekaligus menggaet kekuatan baru untuk menata kembali basis partai.
“DPP PPP Butuh Figur yang kuat, visioner, yang dapat mengembalikan kejayaan partai, sosok yang mampu menggaet kembali kekuatan lama sekaligus menggaet kekuatan baru. Wacana calon kandidat ketua umum DPP PPP pun mulai bermunculan,” sebutnya..
Semangat untuk sosok tersebut sudah nampak dari wacana untuk fleksibel dalam aturan pencalonan sehingga wacana perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) menguatkan. Hal itu mengiringi pula pada munculnya sejumlah tokoh dari eksternal partai yang layak memimpin partai warisan ulama Indonesia.
Nama yang muncul dari eksternal partai Kakbah antara lain Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul yang saat ini menjadi Sekjen PBNU dan Menteri Sosial, eks Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jend (Purn) TNI Dudung Abdurachman, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, eks Ketua DPR Marzuki Alie, eks Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan ketua KADIN, Mohammad Arsjad Rasjid. Bahkan, Gubernur Jawa Timur saat ini, Khofifah Indar Parawansa juga dimunculkan.

Sedangkan dari internal partai, terdapat nama Plt. Ketua Umum yang sekarang Muhammad Mardiono, kemudian Sandiaga Salahuddin Uno, ketua Majelis Pertimbangan M. Romahurmuziy alias Gus Rommy, Sekjen Arwani Thomafi alias Gus Aang, dan Wagub Jateng Yasin Maimoen. Selain itu, nama mantan Ketum PPP, Suharso Monoarfa juga kembali muncul.
.
Secara nasional, kata Adib, ke depan DPP PPP membutuhkan sosok ketua umum yang dapat mengembalikan PPP dapat lolos parliamentary threshold pada pemilu 2029. “Ketua Umum DPP PPP ke depan menghadapi tantangan yang berat di tengah persaingan partai yang kian liberal,” tandasnya.
“Ketua Umum yang baru harus mampu merajut kembali kekuatan lama PPP dan merangkul kekuatan baru untuk memperluas basis pemilihnya serta membuat program yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat pemilih terutama dari generasi milenial dan generasi Z. Platfom partai harus lebih membumi dengaan mengusung isu-isu yang keislaman dan keindonesiaan,” jelasnya.
Meskipun begitu, alumnus Ponpes Futuhiyyah Mranggen Demak ini juga mengingatkan bahwa untuk mengembalikan kejayaan PPP bukan tugas Ketua Umum saja. “Kader PPP harus inklusif, membuka diri untuk dapat masuk ke seluruh segmen masyarakat. Jangan hanya fokus menggarap segmen pemilih tradisional saja. Ke depan PPP butuh ideologi inklusif dan kader-kader muda potensial yang bisa diterima banyak kalangan,” ungkapnya.