Lingkar.co – Wakil Ketua Bidang Organisasi pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Tengah, Prof. Dr Adji Samekto, SH, MHum mengapresiasi terobosan rencana strategis pengembangan PMI Kota Semarang. Oleh karena itu ia menegaskan akan menjadikan hal itu sebagai bahan inspirasi bagi PMI kabupaten dan kota lain di Jawa Tengah.
“Kalau saya lihat dari paparan tadi, tampaknya akan banyak lagi inovasi-inovasi baru, dan juga saya terinspirasi untuk Jawa Tengah untuk tagline bahwa donor darah itu untuk kemanusiaan, bukan semata-mata untuk kesehatan. Jadi etos di belakangnya itu untuk kemanusiaan. Lha itu saya terinspirasi,” kata Prof. Adji, saat menjawab pertanyaan wartawan seusai membuka Musyawarah Kerja PMI Kota Semarang di aula UDD PMI Kota Semarang, Rabu (17/1/2024).
Sehingga, lanjutnya, PMI Kota Semarang bakal menjadi leading di Jawa Tengah. “Ini bisa menjadi inspirasi bagi PMI kabupaten dan kota lain di Jawa Tengah,” ujarnya.
Terkait maksud dia menyebut istilah pasar bebas dalam pelayanan darah.l, Pof. Adji menjelaskan bukan dalam konteks komersial sebagaimana pasar pada umumnya. Melainkan, berkenaan dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2023 yang menetapkan penyelenggara darah.
“Penyelenggara penyediaan darah kalau dulu hanya PMI. Tapi sekarang ada empat, rumah sakit nasional, rumah sakit daerah, rumah sakit swasta dan PMI,” terangnya.
Dengan demikian, menurutnya, setiap pihak bisa memberikan produk olahan darah terbaik dengan biaya pengganti pengolahan yang bersaing
“Ini kan berarti masyarakat bisa mengakses darah dari empat sumber tadi. Nah, karena ini sudah menjadi suatu produk undang-undang, maka bagaimanapun juga kan harus dilaksanakan. Tentu para penyedia darah ini harus mengelola darah yang berkualitas dengan harga bersaing di masyarakat. Ini kan seperti pasar bebas. Jadi bukan pasar bebas dengan sebebas-bebasnya,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Prof. Aji juga menyebut PMI Kota Semarang sebagai salah satu tiga PMI terbaik dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Ia lantas menerangkan hal itu tidak lepas dari indikator yang telah terpenuhi untuk menjadi bagian dari yang terbaik di Jateng.
“Satu, manajemen, kedua inovasi yang disampaikan, kemudian yang ketiga tentu aset. Tiga hal ini tidak saling terpisah antara manajemen aset dan inovasi” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua PMI Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetyo, MKes, Sp.THT-KL dalam sambutan pembukaan mengaku sering mendengar kabar keluarga pasien yang mengeluhkan prosedur di rumah sakit mencari pendonor pengganti ketika tidak ada stok. Hal itu karena rumah sakit elah memiliki unit pelayanan darah sendiri. Padahal stok darah siap pakai di Unit Donor Darah (UDD) PMI masih cukup aman.
“Jadi kesannya PMI kehabisan stok darah, padahal tidak,” kata Awal saat
Selain telah memiliki ruang pendingin khusus untuk menyimpan darah dengan kapasitas yang besar, Awal juga memaparkan bahwa PMI terus meningkatkan kapasitas darah untuk menutup kemungkinan adanya efek samping dari darah olahan PMI yang dikonsumsi oleh pasien.
Bahkan, PMI Kota Semarang juga meningkatkan pelayanan kesehatan dengan naiknya status klinik PMI Kota Semarang dari Pratama menjadi Utama. Sejalan dengan hal itu, Awal juga merencanakan adanya ruang inap pasien sehingga pada tahun ini akan memulai perbaikan gedung dan fasilitas di markas PMI Kota Semarang.
Dikonfirmasi lebih lanjut, Awal menerangkan bahwa PMI bukan organisasi kemanusiaan yang bergerak hanya di bidang pelayanan darah. Melain itu sebagai bagian dari layanan kemanusiaan di bidang kesehatan.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk melihat bahwa pelaksanaan darah di PMI merupakan kegiatan kemanusiaan,” ucapnya.
Terkait kemungkinan persaingan harga darah yang siap dikonsumsi, Awal menjelaskan bahwa pemerintah telah mengatur ketentuan biaya pengganti pengolahan darah. Ia tegaskan pihaknya tidak mengambil keuntungan besar dan memanfaatkan keuntungan tersebut untuk menghasilkan produk olahan darah yang berkualitas tinggi.
“Jadi sebetulnya biaya pengganti pengolahan darah itu kan sudah ditentukan secara nasional , dan sudah menggunakan perhitungan yang rigit, dan kita harus pahami bahwa PMI tidak mengambil keuntungan yang besar. Biaya itu nantinya juga dikembalikan untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan tidak memiliki peluang terhadap efek samping yang bisa muncul pada pasien yang memerlukan darah itu,” paparnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Penulis: Ahmad Rifqi Hid
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps