Ganjar Tak Tahu Ada Kebijakan Kenaikan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Subsidi

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (RISCA KRISDAYANTI/LINGKAR JATENG)
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (RISCA KRISDAYANTI/LINGKAR JATENG)

SEMARANG, Lingkar.co– Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo belum mengetahui adanya kebijakan kenaikan harga pupuk bersubsidi. Padahal, sebelumnya diberitakan bahwa pemerintah pusat menaikkan harga pupuk di tengah berbagai persoalan komoditas tersebut.

“Belum ada (kenaikan harga pupuk bersubsidi, Red),” katanya.

Berdasarkan Peraturan Kementrian Pertanian nomor 49/2020 disebutkan bahwa harga eceran tertinggi (HET) Urea yang semula seharga Rp 1800 per kilogram dinaikkan menjadi Rp 2250. Kenaikan tersebut mencapai angka Rp 450 per kilogramnya.

Selain itu, pupuk SP-36 yang harga awal sebesar Rp 2000 per kilogram kini naik diangka Rp 2400 per kilogram. Lalu, pupuk ZA yang harga awal sebesar Rp. 1400 naik Rp. 300 menjadi Rp. 1700 per kilogram. Sementara itu pupuk Organik granul naik sebesar Rp. 300 per kilogram, yang semula Rp. 500 menjadi Rp. 800.

Mengenai peraturan tersebut, Sekretaris Fraksi PKS DPRD Jawa Tengah Riyono sangat menyayangkan hal itu mengingat kondisi saat ini yang tentunya akan membuat petani kesusahan.

“Batalkan Kenaikan HET Pupuk bersubsidi, kalau masih dijalankan akan mengancam produksi nasional dan bahkan kedaulatan pangan kita. Pak Gubernur harusnya berani menyampaikan usulan kepada Jokowi. Jateng adalah sentra produksi pangan nasional. Jika pupuk langka, petani jadi korbannya,” ungkapnya.

Lanjutnya, ia menyampaikan bahwa kenaikan harga pupuk tersebut rata-rata mencapai angka diatas 30 persen yang mana akan membuat petani merasa resah akibat dana yang minim dan kelangkaan pupuk yang masih melanda.

“Apa alasan pemerintah menaikan HET Pupuk bersubsidi ditengah kondisi Pandemi? Petani adalah kelompok rentan di pedesaan yang hidupnya sangat tergantung dengan hasil produksinya. Harusnya bukan dinaikan, tetapi diberi subsidi langsung ke petani” tambahnya.

Riyono juga menyampaikan bahwa pemerintah terkesan sangat tidak peduli dengan nasib para petani. Padahal di tahun 2020 pertumbuhan disektor pertanian dinilai positif.

“Pemerintah sangat tidak peduli dan mengerti nasib petani, kontribusi petani tidak dihargai. Pertumbuhan sektor pertanian yang positif di 2020 dikasih kado pahit kenaikan HET Pupuk bersubsidi” tandasnya.(mg5/lut)