Adanya Kemungkinan Terjadinya Krisis Besar
Menteri urusan virus Yasutoshi Nishimura sebelumnya memperingatkan kemungkinan krisis besar dan menyatakan pembatasan yang berlaku saat ini belum cukup.
Aturan ini akan lebih keras dibandingkan keadaan darurat di Jepang sebelumnya yang dikenakan di sejumlah bagian negara itu mulai Januari.
Tetapi tetap masih jauh lebih lunak dibandingkan dengan lockdown keras yang diberlakukan di beberapa bagian dunia.
Baca juga:
Ciptakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional, Melalui UU Cipta Kerja
Dalam mas darurat ini, pihak berwenang melarang bar dan restoran menjual alkohol dan ingin menutup fasilitas-fasilitas komersial besar seperti mal.
Penerapan aturan ini bertepatan dengan libur Pekan Emas yang merupakan masa kunjungan paling sibuk di Jepang dalam tahun ini.
Hal ini memungkinkan untuk penghentian sementara segala moda transportasi umum yang ada di Jepang.
Baca juga:
Berikut Syarat Perjalanan Dalam Negeri, Jelang dan Pasca Mudik Lebaran 2021
Juga pemerintah akan melarang segala bentuk event-event, juga menghimbau kepad para pegawai untuk menjalankan pekerjaan mereka dari rumah.
Dalam sejarah penanganan Covid-29, Jepang memilik track record yang tergolong berhasil membendung penyebaran virus Covid-19
Hal ini di buktikan dengan hanya memiliki 10.000 kasus kematian, meskipun pihaknya tidak pernah menerapkan aturan lockdown yang keras.
Baca juga:
Modus dan Peran Pelaku Ganjal ATM Terungkap
Selama musim dingin terjadi, kasus persebaran Covid-19 melonjak, sehingga kembali ke tingkat sejak keadaan darurat pertama diberlakukan pada Maret.
“Jumat ini Tokyo melaporkan 759 kasus baru, sedangkan Osaka 1.162 kasus infeksi baru yang turun dibandingkan awal pekan ini,” pungkas Menteri urusan virus Yasutoshi Nishimura. (ara/luh)