JAKARTA, Lingkar.co – Penanganan Pandemi Covid-19 mendapat kabar baik. Jumlah kasus aktif Covid-19 setiap harinya terus berkurang.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito, mengingatkan semua daerah untuk terus meningkatkan penanganan agar pasien kasus aktif tidak berujung pada kematian.
Satgas juga menyoroti pada kabupaten/kota dengan kasus aktif yang tinggi. Terutama pada 50 kabupaten/kota dengan kasus aktif tertinggi.
“Penurunan kasus aktif harus diupayakan tercapai karena kesembuhan yang tinggi,” ujarnya, melalui kanal YouTube BNPB, Kamis (5/8/2021).
Melihat lebih jauh berdasarkan 514 kabupaten/kota, sebesar 63,13% atau 324 kabupaten/kota dengan kasus aktif antara 51 – 1000 kasus.
Dan daerah dengan kasus diatas 1000 kasus masih sebesar 25,49% atau 131 kabupaten/kota.
Sementara sebesar 11,09% atau 57 kabupaten/kota kurang dari 50 kasus dan 0,39% atau 2 kabupaten/kota dengan 0 kasus.
Yang sangat ia sayangkan, dominasi daerah dengan kasus diatas 1000 masih kabupaten/kota pulau Jawa – Bali atau sebanyak 83 kabupaten/kota.
“Untuk itu perlunya kasus aktif pada daerah-daerah tersebut untuk ditekan dan kesembuhan semakin tinggi,” ujarnya.
Ia pun merinci sebaran kasus aktif terbanyak ada pada Provinsi Jawa Barat dengan 11 kabupaten/kota.
Kemudian, Banten dan Jawa Timur masing-masing 6 kabupaten/kota, dan Yogyakarta dengan 5 kabupaten/kota.
Dan secara tingkat kabupaten/kota ada 5 besar dengan kasus aktif tertinggi, yakni Kota Depok (27.389), Kota Bekasi (22.674), Kota Bandung (15.151), Kabupaten Bantul (14.760) dan Kota Tangerang Selatan (11.180).
Yang juga perlu menjadi perhatian, lebih dari setengah provinsi di Indonesia memiliki kabupaten/kota dengan kasus aktif diatas 2.300 kasus.
“Padahal, pada akhir bulan Mei 2021 atau sebelum lonjakan kasus terjadi, jumlah kasus di kabupaten/kota ini berkisar antara 400 – 1000 kasus saja,” kata Prof. Wiku.
KASUS AKTIF TERTINGGI LUAR JAWA-BALI
Prof Wiku mengatakan, untuk daerah-daerah yang masuk dalam 50 besar kabupaten/kota dengan kasus aktif tertinggi juga terdapat di luar Pulau Jawa – Bali.
Untuk Pulau Sumatera ada 7 kabupaten/kota, Pulau Kalimantan ada 4 kabupaten/kota, Pulau Sulawesi ada 2 kabupaten/kota.
Kemudian, Papua ada 2 kabupaten/kota serta Bali, NTT dan Maluku masing-masing 1 kabupaten/kota.
“Penting bagi pemerintah daerah untuk mengetahui kondisi daerahnya masing-masing,” katanya.
Ia memohon kepada seluruh gubernur agar memantau data Covid-19 pada daerahnya masing-masing. Sehingga selalu terpantau perkembangannya.
“Hal itu penting untuk upaya antisipasi sedini mungkin,” ujar Prof Wiku.
Menurutnya, perlu evaluasi bersama jika masih tinggi kasus aktif pada wilayah tersebut, dengan mengidentifikasi kendala dan penyebab, agar segera ada perbaikan.
Dia menjelaskan, kendala tersebut bisa berupa kekurangan tenaga kesehatan, tempat tidur rumah sakit atau isolasi terpusat, pasokan obat-obatan dan oksigen.
Atau kata dia, kendalanmya dari RT/RW yang belum berkoordinasi dalam pemantauan dini atau pemantauan isolasi mandiri warganya.
“Kemudian, melakukan tindaklanjut sesuai kebutuhan dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat bila diperlukan,” kata Prof. Wiku.
KASUS TURUN HARUS DIPERTAHANKAN
Prof. Wiku mengatakan, turunnya kasus aktif pada tingkat nasional patut dipertahankan.
Ia pun menilai, kabupaten/kota sebagai penyumbang tertinggi segera memperbaiki situasi.
Karena kata dia, penurunan kasus aktif pada 50 kabupaten/kota itu akan menjadi kunci penting dalam penurunan angka positif nasional.
“Saya yakin 50 kabupaten/kota ini mampu melakukannya asalkan konsisten dalam bekerja keras dalam menegakkan disiplin protokol kesehatan dan meningkatkan angka kesembuhan,” pungkasnya.***
Penulis: M. Rain Daling
Editor: M. Rain Daling
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps