Siap Jadi Lumbung Dunia, Bupati Arief Minta Kedungtuban Jadi Contoh Pertanian Padi Organik

Bupati Blora, H. Arief Rohman saat panen padi organik bersama petani di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban,. Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Bupati Blora, H. Arief Rohman minta Kedungtuban bisa menjadi contoh pertanian organik. Bahkan, ia menyebut siap menjadi lumbung padi organik dunia. Oleh karena itu ia meminta lahan padi organik diperluas.

‘’Kalau bisa luasan tanamannya bisa ditambah,’’ kata Bupati disela panen padi organik bersama petani di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Sabtu (21/10/2023) sore,

Panen padi organik itu merupakan hasil binaan program Chairman Social Responsibility (CSR) Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) yang dilaksanakan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Panen perdana dilakukan Bupati di areal persawahan milik Samsuri Warga Desa Ngraho, yang merupakan salah satu demplot pertanian organik di Kecamatan Kedungtuban.

“Kami sangat mengapresiasi dan mendukung penuh upaya pengembangan pertanian organik ini. Saya juga minta bapak ibu kades bisa memberikan contoh pada warganya. ini sangat baik dan akan kita dukung pengembangannya ke seluruh Kecamatan,” ucapnya.

Bupati menyatakan, pihaknya akan kumpulkan seluruh penyuluh pertanian dari dinas untuk bisa ikut fokus melakukan pendampingan pertanian organik secara masif.

Png-20230831-120408-0000

Menurutnya, hasil pertanian organik bagus dan menyehatkan. Dari segi harga jual juga lebih tinggi daripada hasil pertanian konvensional yang memiliki ketergantungan pada pupuk kimia.

“Kita punya mimpi Blora jadi Kabupaten organik, oleh karena itu, dinas terkait kami minta untuk terus melakukan inovasi inovasi agar bisa terlaksana,” papar Bupati Arief.

Menurutnya selain bebas pupuk kimia, lanjut Bupati, hasilnya juga lebih banyak dengan rasa yang lebih enak. Dengan pertanian organik itu kita tidak akan tergantung pada pupuk kimia yang sering langka. Karena petani bisa membuat pupuk sendiri dengan bahan alami yang ada di sekitar.

Dijelaskan pula, beberapa waktu lalu diaspora yang ada di Jakarta sempat dibawakan beras organik ini ternyata banyak yang tertarik. Untuk itu pihaknya ingin bantu promosikan agar para petani ini semangat untuk menanam.

“Samplenya akan kita kirim juga ke Pusat semoga nanti bisa dibantu untuk memasarkan beras organik kita. InsyaAllah Blora siap menjadi lumbung beras organik untuk dunia, ini cita-cita kita bersama karena saat ini banyak negara mencari beras organik yang lebih menyehatkan,” ujar Mas Arief, sapaan akrab Bupati.

Bupati Blora, H. Arief Rohman saat panen padi organik bersama petani di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban,. Foto: dokumentasi

Peringkat Lima

Sementara itu, Ngaliman Plt Kepala DP4 Kabupaten Blora menerangkan, panen padi di Blora pada tahun 2022 seluas 107.000 Hektare dengan produktivitas 6,23 Ton/Hektare.

“Sehingga produksi padi mencapai 668.000 Ton dalam satu tahun. Dan dengan hasil produksi tersebut, Blora peringkat 5 di Jawa Tengah,” jelasnya.

Sementara itu, lanjutnya, di tahun 2023 meskipun El Nino masih berlangsung, selama kurun waktu Januari hingga September didapatkan data luas panen mencapai 98.000 hektare. “Kalau tadi data 2022 akhir tahun mencapai 107.000 Hektar semoga ditahun ini juga capain yang sama di tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Ngaliman menambahkan, untuk di Kedungtuban sendiri dari kurun waktu Januari hingga September memiliki total tanaman padi seluas 8.823 Hektare dengan luas panennya sampai September mencapai 9.934 Hektare.

Samsuri, salah satu petani padi organik warga Ngraho mengaku ada peningkatan hasil panen dari pertanian konvensional ke pertanian organik.

“ Harga beras organik lebih mahal,Kalo beras konvensional hanya 12 ribu, kalo organik harga bisa sampai 17 ribu, produktivitas juga tidak kalah dengan konvensional, Berasnya juga enak, pulen,” ungkapnya.

Menurutnya, ia sudah 4 tahun beralih tanam padi organik, namun awal peralihan sempat berselisih pendapat dengan keluarga. “Saat mulai menanam, sempat beda pendapat namun setelah merasakan hasilnya akhirnya setuju dan tetap tanam padi organik,” ucapnya.

Pada musim kemarau panjang ini, Samsuri mengaku ada penurunan hasil panen namun tidak begitu banyak. Selain itu tanam padi organik juga jarang ada hama yang menyerang,Padi organik juga bisa untuk kesehatan. (Adv)

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *