Lingkar.co – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blora, Siswanto perihatin dengan kondisi ruko mangkrak di desa Jepangrejo, Blora, Jawa Tengah.
“Kebetulan saya sedang blusukan di daerah sini (Jepangrejo) untuk melihat produksi beras organik,” kata Siswanto saat meninjau lokasi tersebut, Senin (27/2/2023).
“Sayangnya saat saya melintas di pertigaan jalan menuju lokasi blusakan menemukan ruko yang mangkrak dan tak terawat. Bahkan atapnya jebol,” keluhnya.
Padahal, lanjutnya, ruko tersebut merupakan salah satu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes, mestinya dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan perekonomian warga, utamanya ekonomi kreatif.
“Ini kok malah mangkrak?, alasannya mangkrak kenapa? Ini yang menjadi PR kepala desa Jepangrejo,” ujarnya.
Ia berharap, ruko tersebut harus menjadi nilai lebih desa. Terlebih kopi santen Jepangrejo yang menjadi kuliner andalan khas Blora ada di desa tersebut.
“Itu sebuah tempat (ruko) yang letaknya sangat strategis, di pinggir jalan. Tentu harus ditawarkan untuk komoditas yang tepat,” tandasnya.
Menurutnya, ada banyak potensi yang harus digarap dengan serius sebagai upaya pemerintah desa dalam menyejahterakan warganya.
“Daerah sini selain kulinernya, saya lihat juga mebelernya juga maju, iya kan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap terobosan pemerintah desa dalam nenggerakkan perekonomian kreatif. Ia menilai ruko bisa diisi dengan produk mebeler, souvenir, cinderamata, kaos dan lain-lain.
“Di sini (Jepangrejo) juga kan penghasil beras organik, bisa saja disitu (ruko) nantinya untuk memamerkan sekaligus menjual produk asli desa Jepangrejo. Kenapa ini tak dilakukan?,” cetusnya.
Oleh sebab itu, politisi Partai Golkat ini berharap, pemerintah desa mendorong warga untuk memanfaatkan ruko secara optimal. Sebab, nantinya akan mendongkrak ekonomi masyarakat.
“Harganya kan juga agak lumayan, karena ada di pinggir jalan. Harusnya kades dan terutamanya BumDes. BumDes ini juga sebuah pusat ekonomi, seharusnya cerdas,” keluhnya.
“Dalam rangka mengetahui potensi-potensi anak muda dan potensi sumber daya alam yang ada di desa jepangrejo ini, baik kayu, pertanian. Di sini harus dimanfaatkan kalau ruko itu memang milik pemerintah Desa,” tandasnya.
Sebagai informasi, Lingkar.co mendapati wakil DPRD Blora di desa Jepangrejo, Siswanto dalam rangka meninjau rumah warga yang berhasil membuat produk padi organik.
Selain itu, juga untuk melihat potensi pertanian, pertenakan dan kuliner, yang nantinya akan menjadi produk unggulan dan wisata desa tersebut.
Tanggapan Kepala Desa Jepangrejo
Terpisah, Kepala Desa Jepangrejo, Sugito, mengungkapkan, ruko tersebut dibangun sebelum dirinya menjadi kades.
“Realitanya begini, Kios dibangun sebelum saya jadi kades,” kata Sugito saat dikonfirmasi via WhatsApp terkait ruko yang tidak aktif tersebut
“Saya menjabat kades akhir September 2019. Tahun 2020 bulan maret PPKM Covid-19. Kemudian juga beberapa kali dalam forum, saya persilakan itu (ruko kosong) digunakan kegiatan usaha, sementara gratis,” ungkapnya.
Sugito, juga menyampaikan bahwa beberapa kali warganya meminta izin untuk menggunakan ruko, dan langsung memberikan respons positif dengan mempersilahkan untuk memanfaatkan dan merawatnya dengan baik.
Namun, realitanya tidak berjalan. Ia pun mengeluhkan hal yang sama, warga hanya menggunakan sebentar dan lalu ditinggalkan begitu saja, tanpa permisi.
“Bahkan beberapa waktu lalu ada percakapan wakil pemuda dan anggota BPD, bahwa ada pemuda yang menggunakan kios. Kemudian saya persilakan menggunakan 2 kios. Selanjutnya untuk warung dan nginap di situ, tetapi 3 bulan kios ditinggalkan,” bebernya.
“Dan yang 1 kios diminta bengkel sepeda motor warga Jepangrejo 1, tetapi gak jadi, alasannya keamanan alat-alat,” sambungnya.
“Untuk yang 2 kios saya serahkan kepada karangtaruna, dan jika mau buat cuci motor, saya siapkan mesin alat cuci, tapi gak jalan. Yang kios sebelahnya digunakan lagi, warga jepang 2 untuk jualan es dan gorengan, 2 bulan kios ditinggalkan,” keluhnya.
“Jadi, Kios gratis tanpa sewa,” tegasnya.
Terakhir, Sugito menambahkan terkait dengan embung di samping ruko. Pihaknya selama ini sudah sering melakukan penghijauan.
“Tepi embung sebenarnya sudah sering kami bersama pradesi tanami tumbuhan : jambu mete, sengon, melinjo dan baru dua bulanan. Bibitnya dari rumah saya. Tetapi ketika musim kemarau panjang tumbuhan mati. Karena Desa jepangrejo daerah kering, sumber air sangat kurang di musim kemarau, demikian fakta sebenarnya,” pungkasnya. (*)
Penulis: Lilik Yulinatoro
Editpr:Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps
Respon (1)