Larung Sesaji Berlangsung dengan Prokes Ketat, Bupati Jepara Sampaikan Terimakasih ke Warga

PROSESI: Lurungan kepala kerbau saat diarak menuju lokasi lurungan sebagai bentuk sedekah Bumi.(ADHIK KURNIAWAN/LINGKAR)
PROSESI: Lurungan kepala kerbau saat diarak menuju lokasi lurungan sebagai bentuk sedekah Bumi.(ADHIK KURNIAWAN/LINGKAR)

JEPARA, JAWA TENGAH, Lingkar.co– Puluhan nelayan di Kabupaten Jepara melaksanakan tradisi sedekah laut pada Kamis (20/5/2021). Dalam rangkaian tradisi tersebut, nelayan melarung sesaji di tengah laut.

Dari pantauan lingkar.co, mulai pukul 05.00, sejumlah masyarakat sudah mendatangi TPI Ujungbatu, Jepara, lokasi mulainya pelarungan sesaji. Mereka ingin melihat prosesi larung sesaji secara langsung.

Baca Juga:
Saat Perayaan Lomban, Seluruh Tempat Wisata di Jepara Ditutup

Petugas dengan sigap mengingatkan dan melakukan penjagaan lantaran pelaksanaan larung sesaji tahun ini berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat. Sehingga, potensi kerumunan yang terjadi bisa terurai.

Whats-App-Image-2024-09-19-at-14-21-32

“Jadi, sedekah Bumi tahun ini berbeda dengan dua tahun yang lalu. Hari ini dengan kesederhanaan. Namun, masih bisa berlangsung,” kata Bupati Jepara Dian Kristiandi.

Pria dengan sapaan akrab Andi menjelaskan, sedekah laut sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dari masyarakat di Jepara. Khususnya warga masyarakat pesisir atau Nelayan. Selama 1 tahun ini, para Nelayan telah melakukan suatu kegiatan pelayaran untuk menangkap ikan dan mendapatkan kelimpahan rizki.

“Jadi, larungan ini merupakan ungkapan rasa syukur. Dengan suatu harapan juga dalam proses mereka melaut diberikan keselamatan,” jelas Andi.

Png-20230831-120408-0000

Andi menambahkan, prosesi acara juga berjalan kondusif sampai akhir. Bahwasanya, ini menunjukan masyarakat terkait dengan seluruh kegiatan dapat mematuhi protokol kesehatan dengan sadar dan taat.

Baca Juga:
Bupati Jepara Ajak Pendamping Melaksanakan PPKM Mikro di Desa

“Terima kasih banyak untuk semuanya. Karena tetap mengutamakan kesehatan tanpa harus meninggalkan tradisi masyarakat Jepara,” pungkas Andi.

Supriyadi, salah satu nelayan yang turut ikut dalam prosesi larungan mengatakan, sesaji yang diperebutkan dalam lurungan adalah jajanan pasar dan tikar. Menurutnya, para Nelayan menganggap sesaji tersebut memiliki keberkahan.

“Itu sudah menjadi tradisi dan kepercayaan kami. Bahwa, sesaji itu memiliki berkah. Tapi kalau kepala kerbaunya tidak kami ambil. Karena tidak boleh, seperti pantanganya lah,” jelas Supriyadi.(dik/lut)

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *