KARANGANYAR, Lingkar.co- Tercatat 220 santriwati dan pengurus pesantren di swab PCR pada Sabtu (16/1/2021). Hingga pukul 11.00 WIB, ada 10 santriwati mengalami reaktif. Pengambilan spesimen lendir hidung baru separuh jalan pada jam itu.
Dari pantauan lingkar.co, orang tua menunggu putrinya keluar gerbang usai menjalani swab antigen. Di dalam area pesantren personel Dinas Kesehatan Karanganyar melarang santriwati membawa benda-benda dari asrama ke luar sebelum sterilisasi.
“Hari ini di swab PCR. Kami mendatangkan petugas Puskesmas Colomadu,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Purwati Sabtu (16/1/2021).
Purwati menyesalkan terjadinya penularan Covid-19 di antara para santriwati di Ponpes di Paulan itu. Ia menduga penyelenggara pendidikan di sana kurang maksimal melakukan skrining serta adanya santriwati menutupi kondisi sebenarnya.
“Itu kan kemarin liburan tahun baru dipulangkan. Masuk lagi, 3 Januari 2021. Pondok pesantren skrining. Siswa harus membawa surat hasil rapid test. Ternyata ada informasi yang tidak di ketahui atau tidak tersampaikan kepada pondok pesantren, keluarga salah satu santri itu ternyata ada yang menjalani isolasi mandiri karena terkonfirmasi positif Covid-19. Pondok pesantren seharusnya lakukan skrining di tempat. Jangan hanya mengandalkan surat sehat saja,” terang Purwati.
Saat hendak di konfirmasi, manajemen pesantren menolak memberi keterangan. Seorang dari dalam asrama meminta awak media menemui ustaz Qoyyim.
“Sudah rilis sama pak Qoyyim. Ke sana saja,” kata perempuan itu dengan nada membentak.
Pemilik nama Qoyyim dikabarkan berada di asrama santri yang terletak bukan di kompleks yang sama. Ternyata manajemen pesantren juga menolak mrmberi keterangan.
“Tidak bisa. Pak Qoyyim tidak ada. Tidak tahu kapan datang atau malah tidak datang. Soal itu (wabah di asrama putri) saya tidak tahu,” ujar seorang pria dari kantor sekretariat yang enggan menyebutkan namanya. (jok/lut)