*Oleh
Dian Ismawati, S.Pd., M.Pd
Guru Bahasa Inggris SMP 1 Kaliwungu
Kemunculan wabah Covid-19 di penghujung tahun 2019 telah mengubah semua aspek kehidupan manusia (Al-okaily, dkk, 2020; Vinkers dkk., 2020). Covid-19 ini kemudian menjadi pandemi dunia pada awal tahun 2020 setelah ditetapkan oleh WHO pada 30 Januari 2020. Darurat wabah Covid-19 di Indonesia dimulai pada awal Maret 2020. Pemerintah telah melakukan beberapa tindakan untuk mengantisipasi penyebaran virus ini, diantaranya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini juga diterapkan di bidang pendidikan. Mulai Maret tahun ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah, sesuai anjuran Kementrian Pendidikan Indonesia. Kebijakan ini menjadikan pendidikan berbasis pembelajaran online (e-learning) (Brem, Viardot, & Nylund, 2020).

Berbagai platform pembelajaran ditawarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning, diantaranya Rumah Belajar, Google Classroom, Edmodo, Quipper School, Microsoft Office 365, Zoom, Telegram, WhatsApp, Instagram, Twitter, Facebook dan media lainnya. Semua platform ini memiliki kelebihan dan kekurangan (Harahap, 2015; Tomczyk, 2020). Maing-masing institusi pendidikan dipersilakan menggunakan platform apa saja yang sesuai dengan kondisi sekolah.

SMP 1 Kaliwungu Kudus memilih WhatsApp dalam melakukan pembelajaran berbasis e-learning. Pilihan platform ini mempertimbangkan keakraban siswa dengan media sosial WhatsApp. Selain itu platform ini lebih dapat diterima dan efektif bagi siswa (Agustin & Mulyani, 2016; Nugroho et al., 2019). Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pengimplementasiannya. Salah satunya adalah kebosanan siswa selama mengikuti proses pembelajaran e-learning. Selain itu kurangnya kreativitas guru dalam menyampaikan materi melalui WhatsApp juga berpengaruh. Terkadang siswa hanya hadir pada saat awal pembelajaran selama beberapa menit, kemudian mereka meninggalkan kelas/tidak aktif di WhatsApp kelas. Terlebih lagi, ketika ada seorang guru yang memberikan PR hanya sedikit siswa yang mengerjakan PR tersebut.
Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan media sosial kreatif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, Instagram dipilih sebagai salah satu inovasi e-learning untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Sebagai salah satu media sosial kreatif, Instagram sangat terkenal di kalangan pelajar. Sebagian besar siswa memiliki akun Instagram dan platform ini mudah diakses. Selain itu, Instagram memiliki fitur untuk mengunggah video. Fitur ini dapat digunakan dalam proses belajar mengajar selama pandemi. Guru dapat mengunggah materi serta tugas dalam bentuk video. Kemudian siswa dapat menyelesaikan tugasnya juga dengan menguploadnya melalui Instagram. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas khususnya untuk keterampilan berbicara (Juliani & Harunasari, 2019; Rakhmanina & Yuneva, 2018; Wulandari, 2019).
Pembelajaran Bahasa Inggris pada kelas IX KD 3.4 dan 4.4 fokus pada teks procedure dengan menganalisis fungsi sosial dan unsur kebahasaan pada teks procedure baik secara lisan maupun tulisan. Guru memberikan materi berupa video tentang apa itu text procedure, generic structure, dan language features yang digunakan. Dalam video tersebut guru juga memberikan contoh-contoh text procedure. Siswa diminta untuk menyimak materi tersebut. Setelah siswa menyimak materi guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal yang belum diketahui/belum jelas. Proses tanya jawab ini berlangsung dalam chat grup di WhatsApp. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan cara texted ataupun voice note.
Pengambilan penilaian ketrampilan speaking khususnya pada KD 3.4 dan 4.4 dilaksanakan melalui penugasan proyek. Dalam hal ini setelah siswa menguasai materi yang diberikan maka guru memberikan tugas proyek untuk membuat sebuah video tentang text procedure dengan durasi waktu 10 hari. Ketentuan tugas proyek ini adalah bahwa siswa merekam kegiatan mereka saat melakukan aktifitasnya membuat sesuatu (how to make something) dan mengupload video mereka di media sosial Instagram dengan meng-tag @dian_ismawati_kudus. Guru mengharuskan siswa untuk mengupload tugas mereka ke Instagram dengan harapan siswa menjadi lebih berani dan percaya diri saat berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Setelah penugasan proyek ini siswa merasa lebih tertarik karena mereka tidak monoton belajar melalui WhatsApp saja akan tetapi mereka bisa eksis di Instagram dan menunjukkan kemampuan mereka dalam speaking. Dengan upload video mereka di Instagram siswa memperoleh feedback ataupun masukan dari guru atau teman lainnya. Penugasan proyek ini memberikan dampak yang positif bagi siswa. Siswa merasa lebih berani dan percaya diri saat melakukan perekaman video. Dan skor nilai speaking mereka juga bertambah lebih baik dibandingkan ketika di awal mereka hanya menggunakan voice note.
Efektifitas penggunaan Instagram ini juga dapat dilihat dari statistik quisioner yang diberikan kepada siswa. Data statistik menunjukkan bahwa siswa merasa lebih senang dengan penggunaan Instagram dalam pembelajaan e-learning ini. Siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengupload video mereka sehingga mereka tidak merasa bosan selama proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh features yang dimiliki Instagram seperti post feed and instastories. Features tersebut menjadikan siswa termotivasi dalam belajar, khususnya pembelajaran speaking. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kreatifitas guru dalam pembelajaran berbasis e-learning sangat diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.(*)