*oleh Yunita Susilowati, S.Pd.SD
Guru SD 2 Ngemplak, Kecamatan Undaan, Kudus
Kehidupan manusia di seluruh dunia berubah. Perubahan ini akibat virus covid-19 yang memaksa kondisi baru. Dalam hal ini, secara global kehidupan sosial tercipta suatu tatanan baru. Untuk di Indonesia sendiri pemerintah telah memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah ini agar berjalan efektif dan efisien. Kesemua hal tersebut juga berakibat pada dunia pendidikan kita, banyak perubahan yang terjadi.
Ada tiga hal yang menjadi perhatian saya dalam karya ini. Pertama, Mendikbud Nadiem Makarim mendorong pembelajaran daring dan menyediakan platform Rumah Belajar. Aktivitas dan tugas belajar siswa dari rumah berbeda antara siswa, banyak yang bisa kita lihat dan saksikan, ada murid yang serius dan yang tak serius bahkan ada yang jenuh. Bisa dibilang cara belajar siswa sesuai minat dan kondisi masing-masing. Termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah.
Cukup menarik cara pembelajaran yang ditawarkan. Siswa yang belajar dari rumah bukti dan produk aktivitas belajar dari rumah, diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru. Tanpa harus memberi skor atau nilai kuantitatif. Perubahan yang sangat menarik, karena sering pendidikan kita lebih menonjolkan nilai atau skor kuantitatif.
Kedua, Indonesia dan menyebar ke daerah-daerah dengan pelan akhirnya mengikuti trend global dengan meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan swasta, bahkan Mendikbud mengajak pihak swasta berkolaborasi menjawab tantangan pendidikan di tengah Covid-19.
Dalam trand kerjasama bisa kita lihat dengan baik pada kolaborasi yang dilakukan diantaranya dengan google Indonesia, Kelas Pintar, Microsoft, Ruang Guru, Sekolahmu, dan Zenius. Pihak swasta ini memberikan fasilitas yang dapat diakses secara umum dan gratis. Sangat membantu dan bisa dimanfaatkan oleh siswa dan guru.
Ketiga, terlihat bagaimana Mendikbud mengundang mahasiswa tingkat akhir untuk menjadi relawan cegah sebaran Covid-19. Keterlibatan relawan ini juga sangat membantu dan terlihat upaya gotong-royong dan gerakan masyarakat secara sukarela untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Dengan melihat tiga hal diatas kita bisa melihat dampak pandemi Covid-19 sangatlah luas. Menjawab dasar permasalahan dalam karya tulis ini yang mengambil dasar penelitian Tam dan El-Azhar (2020) pada World Economic Forum, mengenai tiga tren atau perilaku yang menandai upaya transformasi untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19 pada sistem pendidikan. Dua trend pertama membawa optimisme, dan trend yang ketiga mengkhawatirkan.
Pertama, munculnya inovasi yang tidak terbayangkan sebelumnya. Biasanya perubahan ini berjalan sangat lambat, karena sistem lama juga harus beradaptasi dengan sistem baru karena sebagian dari sistem pendidikan atau sistem belajar seperti diatas jarang dilakukan di sekolah-sekolah kita. Tapi Covid-19 menuntut kita untuk menghadapi perubahan secara cepat di mana instansi-instansi pendidikan bergerak mencari solusi dan inovasi sesuai dengan karakter masing-masing daerah.
Bahkan guru juga dituntut bergerak cepat dalam memberi pelajaran ke siswa dan bagaimana sistemnya. Di Kudus, bahkan guru-guru masih rela datang dari rumah ke rumah untuk mengunjungi siswanya, dan dalam hal ini harus mereka lakukan karena keterbatasan ekonomi pada orang tua siswa jadi tidak mempunyai perangkat untuk pembelajaran daring. Inovasi demi inovasi muncul, seperti sistem laporan dengan menggunakan rekaman lalu dikirim ke guru berlangsung, dan ini tak pernah kita lakukan sebelum Covid-19 melanda kita.
Kedua, sudah saya sebutkan diatas kerjasama antara pemerintah dan swasta sudah terjadi dan itu menjadi solusi sendiri bagi pendidikan kita sekarang ini. Bahkan saat pandemi berlangsung kita sering menyaksikan terjadinya konsorsium pembelajaran yang terdiri dari pemangku kepentingan yang beragam. Termasuk pemerintah, penerbit, profesional dalam bidang pendidikan, penyedia teknologi, dan operator jaringan.
Dalam hal kerjasama ini bisa kita lihat platform digital menjadi satu-satunya solusi untuk menghadapi krisis ini. Pandemi sudah merubah cara kita belajar dan bersama-sama berjalan bersama.
Ketiga, hal yang mengkhawatirkan adalah terjadinya kesenjangan digital yang semakin luas. Keberhasilan pendidikan bisa dibilang sangat tergantung dari level dan kualitas akses digital. Sementara kelas dengan tatap muka sudah menjadi kebiasaan kita sehari-hari. Ada yang stres dengan cara belajar ini dan ada yang merasa senang karena banyak waktu luang yang ada.
Bahkan banyak guru mengirim tugas melalui WhatsApp dan email yang menjadikan orang tua harus selalu dekat dengan anak dan mengawasi secara penuh aktivitas belajar. Bahkan ada orang tua yang kerepotan membagi waktu antara tugas anak dan kerjaan. Ketergantungan terhadap digital semakin menguat. Bahkan dengan adanya sistem ketika kelas dilakukan secara daring, mereka (sebagian masyarakat kurang) tidak bisa mengikutinya karena tingginya harga gadget/komputer dan data plans.
Ada tiga tren atau perilaku yang menandai upaya transformasi untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19 pada sistem pendidikan. Pertama, munculnya inovasi yang tak terbayangkan sebelumnya. Kedua, meningkatnya kolaborasi institusi sektor pemerintah dan swasta. Ketiga, munculnya kekhawatiran adanya kesenjangan digital yang semakin melebar.
Kedisiplinan dan kesabaran menjadi kesempatan utama untuk ditingkatkan melalui kebersamaan keluarga di rumah. Dengan demikian learning from home bersama keluarga tetap konsisten menjalankan aktifitas dengan bersabar menghadapi musibah wabah ini.(*)
Baca Juga:
Gus Yasin Minta Pembaruan Data Kemiskinan, Galakkan Program Satu Desa Binaan Satu OPD
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps