*Oleh
DARIS SALAMAH SPd
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
SMP 1 Bae Kudus
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan, di antara implementasi nyatanya ialah pelaksanaan proses belajar di kelas meski paradigma lama pembelajaran masih mendominasi model pembelajaran. Oleh karena itu, dalam rangka pencarian model pembelajaran masa depan perlu memunculkan ide-ide untuk model pembelajaran yang lebih «kritis dan kreatif». Kritis berhubungan erat dengan pola pikir yang digunakan oleh subyek pembelajaran karenanya guru atau dosen adalah pembimbing, fasilitator, motivator dan penggerak menuju belajar dialogis dan merumuskan sistem yang lebih baik. Oleh karena itu, peserta didik adalah subyek aktif, patner belajar dan individu yang memiliki berbagai pengalaman .
Interaksi atau timbal balik antara guru dan peserta didik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai diri peserta didik yang sedang belajar .
Kemampuan guru dalam mengembangkan metode dalam pembelajaran sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas pola pikir dan daya tangkap siswa. Oleh karenanya guru harus mampu menciptakan gagasan baru dalam menggunakan metode yang telah ada sebelumnya agar pembelajaran tidak selalu monoton dan membuat siswa kurang tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat menarik minat siswa yaitu dengan menggunakan metode Prileksi maupun Deep dialogue.
Anisatul menyatakan metode Prileksi merupakan metode yang lebih menekankan kerjasama kelompok, mengemukakan pendapat dan kemampuan berfikir peserta didik dalam proses belajar mengajar yang diharapkan meningkatkan keaktifan dan antusias belajar peserta didik. Hamdani menyatakan metode Prileksi adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan menggunakan bahasa lisan, menyuruh peserta didik untuk berdiskusi tentang suatu tema pembelajaran yang disampaikan oleh guru, kemudian peserta didik menganalisanya, membandingkan dengan tema atau kasus pembelajaran yang lain dan akhirnya menarik kesimpulan dari apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Seperti halnya di SMP 1 Bae Kudus yang sudah menerapkan metode tersebut pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan adanya metode tersebut dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan menjadi lebih bermakna dan sesuai dari tujuan pembelajaran. Di samping itu tidak hanya dengan guru yang menjadi pusat perhatiannya akan tetapi disini peserta didik yang berperan aktif dalam pembelajaran.
Ngalimun menyatakan Model pembelajaran Deep dialogue merupakan kegiatan berdialog yang diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, adanya sikap keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan. Abdul Majid menyatakan Dialog merupakan salah satu model pembelajaran untuk memberi motivasi kepada siswa untuk aktif bertanya selama guru yang menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab. Dengan berdialog juga dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman sehingga pengetahuannya menjadi fungsional.Berdasarkan realita yang ada di SMP 1 Bae Kudus bahwa model pembelajaran Deep dialogue diaplikasikan dengan cara guru memberikan pendahuluan, membuat kelompok diskusi, menggali informasi, berdiskusi, bertukar pikiran dan penilaian hasil belajar.
Dalam pendidikan, masing-masing peserta didik memiliki kelebihan dan sekaligus keterbatasan sehubungan dengan kemampuan yang dimiliki, termasuk kemampuan akademik dan minatnya. Guru hendaknya memahami bahwa perbedaan dalam kemampuan tersebut memerlukan bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang berbeda. Mulyono menjelaskan metodologi mengajar tradisional menjadikan siswa tidak bebas mengemukakan pendapatnya. Selain itu, komunikasi yang terjadi hanya sebatas satu arah, yaitu guru ke siswa. Dengan demikian, guru kurang dapat memahami bagaimana perkembangan siswa-siswanya.
Model pembelajaran Deep dialogue merupakan model pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses belajar mengajar karena dengan menggunakan model ini siswa tidak pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, akan tetapi siswa dituntut untuk berpikir dan menyelesaikan permasalahan yang ada terkait materi yang diberikan oleh guru.
Novita Cahya Umami dalam penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perencanaan serta pelaksanaan implementasi metode Deep dialogue/critical thinking mampu mempengaruhi cara berfikir siswa dalam proses belajar. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh I’annatun Nasiroh yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara metode prileksi terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan di SMP 1 Bae Kudus khususnya semua siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung ada sebagian siswa yang bicara sendiri, tidak serius, bermain sendiri, tidak mau memperhatikan penjelasan guru dan tidak berkonsentrasi selama pembelajaran berlangsung. Sikap siswa yang demikian menunjukkan bahwa motivasi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah.
Ada beberapa permasalahan yang di anggap sebagai penyebab hasil belajar masih rendah adalah pertama, siswa menganggap mudah Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua proses belajar mengajar masih berfokus pada guru karena guru masih menggunakan metode Konvensional. Ketiga siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang penguasaannya menuntut siswa menghafal materi sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar rendah.
Dari hasil observasi awal di lokasi penelitian di SMP 1 Bae Kudus, peneliti mendapatkan informasi yang mengindikasikan bahwa siswa belum optimal dalam mengikuti Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dugaan peneliti, hal ini disebabkan antara lain oleh minat belajar siswa rendah, dan sikap interaksi siswa dalam proses belajar masih kurang, Adanya permasalahan tersebut peneliti menawarkan solusi penggunaan metode prileksi dan deep dialoge dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut.
Dari latar belakang masalah yang di kemukakan di atas maka medorong penulis memilih Judul Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Prileksi Dan Deep dialogue Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen, variabel independen diberi simbol X, dan variabel dependen diberi simbol Y.
Guru dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik dan mengajar siswa, perlu mempersiapkan diri dengan baik dalam menyusun perangakat mengajar yang terdiri atas silabus, RPP, dan perangkat penilaian. Selanjutnya guru harus bertanggung jawab secara profisional yang harus terus meningkatkan profisionalnya , maka kompetensi profisional yang harus di tingkatkan tidak saja mencakup pengetahuan dan penelitian , tetapi yang lebih di harapkan adalah kemauan diri untuk terus-menerus melakukan peningkatan kelayakkan kompetensinya , yang pada akhirnya prestasi belajarnya meningkat.(*)
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps