Pengembangan Model “PIPIMAMA” dengan Media Kartu Domino Berhasil Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Bahasa Jawa

Adi Wisnugroho, S.Pd. SD 8 Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus (DOK PRIBADI FOR LINGKAR.CO)
Adi Wisnugroho, S.Pd. SD 8 Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus (DOK PRIBADI FOR LINGKAR.CO)

Oleh:
Adi Wisnugroho, S.Pd.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
SD 8 Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus

Permendikanas nomor 22 Tahun 2006 menerangkan bahwa muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah, potensi daerah, maupun keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan atau dimasukkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan, kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai atau aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.

Mata pelajaran Bahasa Jawa di Provinsi Jawa Tengah merupakan kurikulum muatan lokal yang wajib dilaksanakan. Hal ini ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010, Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk SD/SLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah. Kurikulum mata pelajaran muatan lokal dijelaskan bahwa standar kompetensi pelajaran bahasa jawa terdiri atas kompensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai bentuk kompetensi membaca dan menulis, pembelajaran Bahasa jawa melingkupi pembelajaran Aksara Jawa. Aksara Jawa saat ini telah terdaftar di Unicode Concurtium dan telah memiliki standard encoding Caracter Setting yang sudah diakui unesco, hal ini berarti Bahasa atau aksara jawa sejajar dengan Bahasa- Bahasa lain di dunia (Hadiwiradarsana, 2010).

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Temuan di lapangan menunjukan bahwa Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar, khususnya Kelas III SD 8 Kedungsari sudah dilaksanakan dengan baik, namun dari sudut pandang proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional berupa ceramah. Ini menjadikan hal yang mendasar dalam upaya pengembangan model pembelajaran agar tercipta aktivitas belajar yang meningkat yang diharapkan juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam materi membaca dan menulis Jaksara Jawa.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media. Menurut Trianto (2010, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata & Syaodih, 2012, hlm. 151).

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.

Png-20230831-120408-0000

Pengembangan Model dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengembangan dengan modifikasi Model Pembelajaran Picture and Picture dan Model Pembelajaran Make a Match. Picture and picture adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media gambar. Dalam operasionalnya gambar- gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Metode pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran (Aris Shoimin 2013). Menurut Agus Suprijono (2009:110) Model pembelajaran Picture and Picture adalah metode belajar yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.

Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab,2007: 59). Suyatno (2009: 72) mengungkapkan bahwa model make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Selain dua model tersebut, peneliti memanfaatkan permainan dalam pembelajaran. Permainan dalam pembelajaran sangat membantu dalam membuat suasana belajar yang menyenangkan. Caranya dapat secara integratif atau secara khusus diberikan dalam sela atau jeda dalam proses pembelajaran. Menurut Santrock (2007: 216-217) permainan adalah aktivitas menyenangkan yang dilakukan untuk bersenang-senang.

Pengembangan model ini dilakukan dengan tahapan, Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Melalui telaah dan modifikasi keunggulan- keunggulan model pembelajaran Picture and Picture dan Model Pembelajaran Make a Match peneliti mengembangakan Model “PIPIMAMA” dengan media Kartu Domino Aksara Jawa. Kartu Domino ini digunakan untuk memberikan pengalaman belajar yang memfasilitasi konsep dasar model pembelajaran Picture and Picture dan Model Make a Match. Dengan penggunaan kartu ini akan memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar dan bekerjasama dalam melakukan tugasnya. Sintaks model PIPIMAMA dengan media Kartu Domino adalah sebagai berikut: 1) Pengutaraan Kompetensi, 2) Pengutaraan Materi, 3) Presentasi Gambar ( Kartu Huruf), 4) Pembagian Kelompok, 5) Presentasi Permainan Domino, 6) Kelompok menerima Kartu Domino, 7) Kelompok melacak kartu, 8) Kelompok memperoleh slor, 9) Pemberian Sanksi dan Penghargaan, 10) Kesimpulan. Pada langkah -langkah atau sintaks PIPIMAMA pembelajaran dilaksanakan pengenalan huruf dalam langkah ke 3, yaitu presentasi gambar, pada tahap ini siswa diberikan sarana untuk menuliskan Aksara Jawa pada tabel- tabel yang telah ditentukan. Proses permainan menggunakan kartu domino merupakan pengembangan dari model Make a match yang dikemas secara kelompok. Pada tahap permainan ini dapat dilakukan pengulangan pada tahap 6 dan 7 untuk memperdalam ingatan siswa terhadap Aksara Jawa.

Penerapan Model PIPIMAMA menggunakan media Kartu Domino ini memberikan dampak yang signifikan dalam aktifitas belajar siswa. Aktifitas belajar ditunjukan dengan model pembelajaran yang bersifat kooperatif dengan ditunjang dengan media kartu domino memberikan sarana bagi siswa untuk selalu aktif dan bekerjasama didalam kelompok dalam melacak kartu domino. Aktifitas ini memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa karena dengan melakukan permainan kartu domino ini akan memperkuat ingatan siswa terkait dengan Aksara Jawa yang dipelajarinya. Siswa merasa tertarik sehingga aktifitas belajar siswa meningkat ditunjukan dengan hasil angket kepuasan siswa sebanyak 78 % sangat senang dan 22 % senang, 0 % cukup senang, 0 % kurang senang, dan 0 % tidak senang.

Hasil belajar pada penelitian ini di ukur dua kali yaitu di awal (pretest) dan di akhir penelitian (postest). Melalui aktifitas belajar meningkat memberikan dampak yang berbandung lurus dengan dengan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Pada Pretest ditunjukan dengan 3 siswa dengan nilai diatas KKM dan pada Postest terdapat sebanyak 14 siswa dari 18 siswa yang memiliki nilai diatas KKM. Ditinjau dari rata rata menunjukan adanya peningkatan rata- rata dari 47, 2 menjadi 84,2.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model PIPIMAMA menggunakan Kartu Domino berhasil dalam meningkatkan aktifitas dan hasil belajar Bahasa Jawa. Semoga pengembangan model ini dapat dijadikan salah satu refrensi bapak ibu guru dalam mengajar di sekolah. Pengembangan model ini tentunya belum sempurna dan dapat dikembangkan kembali dengan seiring berkembangnya tekhnologi dalam pembelajaran.

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *