*Oleh
Sholihul Afif
SD 2 Ternadi
Indonesia merupakan salah satu negara terdampak wabah covid-19 sehingga menjadikan social distancing dan physical distancing sebagai kebijakan pembatasan jarak sosial dan fisik yang berdampak pada penghentian proses pembelajaran di sekolah. Seluruh penyelenggaraan pendidikan diliburkan, bahkan ujian nasional juga terancam. Krisis di depan mata sedang berlangsung memaksa semua komponen pendidikan menginovasi pembelajaran jarak jauh melalui daring atau pembelajaran dalam jaringan. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran tetap berlangsung di tengah mewabahnya pademi Covid-19. (Mansyur, 2020) dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka disekolah, tentunya hal ini berdampak pula pada pengelolaan sekolah selama pandemi Covid-19.
Dalam lingkup sekolah yang merupakan pelaksana pendidikan, banyak dampak yang muncul terkait kebijakan yang mewajibkan siswa belajar dari rumah. Berbagai kendala saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga untuk mengurai masalah tersebut tidaklah muda. Mulai dari guru, siswa, kurikulum, pembiayaan, sarana prasana, serta hubungan sekolah dengan orang tua siswa mengalami perubahan yang cukup signifikan. Di satu sisi, pandemi covid-19 tersebut memiliki sisi negatif tetapi disisi lain, hal tersebut memiliki dampak positif terhadap pengelolaan sekolah.
Dengan adanya pandemi Covid-19, pembelajaran yang biasa dilakukan dengan tatap muka, sekarang digantikan dengan pembelajaran secara online/daring. Sehingga, setiap guru dituntut untuk mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi dalam menyampai pembelajaran secara online. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimikili guru. Guru tentunya harus selalu mengembangkan kompetensinya sehingga mampu memberikan pembelajaran yang optimal kepada para siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran online, Guru pun harus proposional dalam memberikan tugas kepada para siswa, sehingga siswa tidak merasa terbebani secara fisik dan mental. Guru juga harus mampu menyatukan persepsi dan konsentrasi siswa selama pembelajaran online. Hal ini dilakukan supaya dalam pembelajaran terjalin komunikasi yang baik serta pelajaran dan pesan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik.
Selama pembelajaran online, siswa harus beradaptasi dengan teknologi serta dituntut mandiri dalam menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan guru selama dirumah. Siswa harus yakin akan kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Kemandirian siswa merupakan terbentuk dari kemauan dan kesadaran dari dalam diri siswa. Hal ini tentunya menjadi perhatian guru dan orang tua untuk memotivasi siswa untuk selalu bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.
Disisi lain, Siswa memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga selama belajar dari rumah. Hal ini tentunya dapat memberikan semangat kepada siswa untuk menjalin hubungan keluarga yang lebih intens bersama anggota keluarga yang lain. Berbagai hal dapat dilakukan bersama selama di urmah bersama keluarga, seperti membersihkan rumah, berkebun, mengahabiskan waktu bersama dirumah dan berbagai hal lainnya. Perubahan yang terjaid pada kurikulum telah merubah penataan kelas, proses pembelajaran serta system evaluasi pembelajaran. Hal tersebut telah berubah menjadi pembelajaran berbasis online. Perubahan proses pembelajaran tentunya merubah strategi, metode, teknik, serta suasana pembelajaran. Hal ini tentunya menjadi perhatian guru dalam melaksanakan pembelajaran secara online.
Dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka, setiap kegiatan yang di biasa dilaksanakan di lingkungan sekolah akhirnya juga di tiadakan. Kegiatan tersebut misalnya kegiatan ekstrakurikuler, upacara bendera, perkemahan, maupun kegiatan lainnya, padahal kegiatan-kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam mengasah softskill yang dimilikinya. Perubahan kurikulum merupakan keniscayaan yang harus dilaksanakan segera. Selain dikarenakan pandemic covid-19, hal ini perlu dilakukan untuk menyongsong perubahan era revolusi industri 4.0 dan era Society 5.0. Dan yang menjadi catatan pentingnya adalah tetap menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan asli Indonesia didalam kurikulum.
Pembiayaan sekolah sepenuhnya menggunakan dana dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dalam Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler, bahwa selama masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah Pusat, sekolah dapat menggunakan dana BOS Reguler dapat digunakan untuk pembiayaan langganan daya dan jasa serta pembiayaan administrasi kegiatan sekolah. Pembiayaan langganan daya dan jasa dapat digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Sedangkan pembiayaan administrasi kegiatan sekolah dapat digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi kuman (disinfectant), masker atau penunjang kebersihan lainnya. (Permendikbud No 19 Tahun 2020)
Perubahan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi sekolah tentu dirasakan cukup bermanfaat bagi guru dan siswa. Hal ini karena keleluasaan sekolah dalam mengalokasikan dana BOS guna membeli pulsa, data, dan paket internet dalam menunjang proses pembelajaran secara online. Tidak hanya itu, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat digunakan untuk pembiayaan administrasi kegiatan sekolah dapat digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi kuman (disinfectant), masker atau penunjang kebersihan lainnya, seperti membuat tempat cuci tangan, pembuatan poster ajakan menjaga kebersihan diri dan cara cuci tangan yang baik dan benar.
Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Indonesia yang guru pun masih dalam kondisi ekonominya yang menghawatirkan. Kesejahteraan guru maupun murid yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 ini. Disisi lain, Jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di pelosok negeri. Tidak semua lembaga pendidikan baik Sekolah dasar maupun sekolah menengah dapat menikmati internet. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum mampu mengkover media daring. (Aji, 2020)
Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana prasarana dalam pembelajaran daring sangat vital, sebab tanpa adanya sarana prasarana yang memadai tentunya tidak akan terjadi pembelajaran daring yang optimal. Selain didukung perangkat gawai, pembelajaran daring juga membutuhkan jaringan internet sebagai sarana utamanya. Kealpaan gawai dan jaringan internet tentunya akan menghambat proses pembelajaran secara online. Sedangkan tidak semua siswa juga memiliki gawai serta keterbatasan jaringan internet dalam mencapai pelosok-pelosok desa menjadi salah satu kendala yang cukup menghambat proses pembelajaran secara daring.
Mayoritas orang tua merasa nyaman dengan adanya program belajar di rumah ini. Mereka menyadari bahwa hal ini terjadi karena adanya penyebaran virus corona atau covid 19 ini. Meskipun demikian, mayoritas orang tua juga berharap agar virus ini segera selesai sehingga anak-anak bisa belajar lagi di sekolah. Sebagian besar orang tua mengalami kendala dalam mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Kendalanya adalah kesulitan mengkondisikan anak, keterbatasan waktu, kesulitan memahami dan memberikan pemahaman materi, dan kendala faktor lingkungan serta sumber daya yang dimilikinya. (Sabiq, 2020)
Selama belajar dari rumah, hubungan antara sekolah dan orang tua cukup bagus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya komunikasi secara intensif antar pihak sekolah denga orang tua melalui whatsapp dalam memantau pembelajaran siswa selama dirumah. Dengan komunikasi yang terbangun dari pihak sekolah dan orang tua siswa ini, dapat mempererat hubungan keduanya.
Pendemi Covid-19 ini memberikan dampak terhadap guru, siswa, kurikulum, pembiayaan sekolah, sarana prasana, dan hubungan sekolah dengan orang tua siswa. Setiap dampak memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga di dalam mengatasi setiap permasalahan yang muncul membutuhkan kejelian dalam memetakan dampak yang muncul, Setiap komponen sekolah memiliki dampak positif dan negatif, sehingga dalam pengelolaan sekolah sendiri dapat lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang terjadi.
Pengelola sekolah diharapkan tidak gagap dalam menangani situasi ini, sebab setiap sekolah tentunya miliki karakteristik sendiri-sendiri. Hal ini tentunya dapat menjadi acuan pengelola sekolah dalam menidentifikasi setiap masalah yang muncul di dalamnya, serta mencari solusi yang tepat guna memecahkan solusi tersebut sesuai dengan lingkungan sekolahnya. Adaptasi terhadap perubahan juga perlu dilakukan untuk tetap produktif di masa paandemi Covid-19 ini, Sehingga setiap hal terjadi disekolah dapat ditangani dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pembelajaran secara khusus.
Peneliti RCMG Yakin Kementan Telah Antisipasi Dampak Banjir dan Kekeringan bagi Petani
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps