*oleh
Galih Kurniawan
SD 3 Puyoh, Kudus, Indonesia
galihkurniawan8016@gmail.com
Matematika merupkan mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari bangku Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Salah satu materi dalam matematika yang selalu diajarkan kepada siswa di semua tingkat pendidikan adalah Geometri. Geometri merupakan salah satu materi yang hampir semua objek visualnya ada di sekitar dan sangat dekat dengan kehidupan siswa.

Hasil studi PISA yang menilai kemampuan pemecahan masalah, pemahaman, dan komunikasi matematis menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar di Indonesia masih kurang kemampuan pemahamannya (Utami, 2018). Konten geometri dalam PISA menggambarkan pemecahan masalah kontekstual dimana masalah tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi sebagian siswa Indonesia merasa kesulitan dalam memahami masalah tersebut. Rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah tersebut salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa.

Donovan, Bransford, & Pellegrion (dalam Dr. Ibrahim Jbeili, 2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemahaman konsep merujuk pada kemampuan siswa untuk menghubungkan gagasan baru dalam matematika dengan gagasan yang mereka ketahui. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian pemahaman konsep adalah model pencapaian konsep (Concept Attainment). Arrends (2012) menyatakan bahwa Concept Attainment adalah proses induktif yang membantu siswa dalam mengorganisasikan data menurut konsep-konsep yang sudah dipelajari sebelumnya. Joyce et al (2011) menyebutkan model Concept Attainment memiliki struktur pengajaran yang meliputi (1) penyajian data dan identifikasi konsep, (2) pengujian pencapaian konsep, dan (3) analisis strategi-strategi berpikir.
Pembelajaran matematika untuk siswa Sekolah Dasar dewasa ini dilakukan secara daring karena adanya Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19) di Indonesia awal Maret 2020. Melihat kondisi tersebut, proses pembelajaran dilaksanakan di rumah melalui daring atau jarak jauh tanpa bertatap muka langsung dengan siswa. Perubahan ini mengharuskan guru dapat merespon dengan sikap dan tindakan untuk melaksanakan pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai media untuk pelaksanaan pembelajaran. Salah satu platform online yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran interaktif adalah Schoology.
Schoology merupakan salah satu laman web yang berbentuk web sosial yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam kelas secara percuma dan mudah digunakan seperti Facebook (Aminoto dan Pathoni, 2014). Schoology juga mempunyai banyak fitur menarik seperti media vidio, audio, dan gambar yang dapat menarik minat siswa.
Di lain pihak, hasil studi TIMMS dan PISA tahun 2012 menyatakan bahwa pembelajaran matematika dewasa ini kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bepikir lebih lanjut. Pembelajaran yang kurang bervariatif ini mempengaruhi siswa kurang tertarik dalam belajar matematika khususnya dalam materi geometri. Oleh karena itu, pembelajaran matematika khusunya dalam materi geometri sangat perlu menjembatani antara matematika dengan realitas kehidupan sehari-hari yang berbasis kearifan/budaya lokal seperti untuk mengembangkan semangat multikulturalisme khususnya di Kabupaten Kudus.
Masyarakat Kudus sejak dulu dikenal sebagai komunitas yang majemuk, multikultur, dan plural secara sosial, politik, dan keagamaan. Banyak nilai, warisan, dan turats masyarakat Kabupaten Kudus yang perlu dipahami dari sudut pandang baru menggunakan angka-angka matematik-filosofis. Dalam jurnal yang ditulis oleh Ulfa Masamah (2018) dijelaskan bahwa pembelajaran matematika dapat diintegrasikan dengan budaya lokal Kudus mulai dari aktivitas menghitung, menemukan, menggambar, mengukur, merancang, dan bermain dikembangkan selama proses pembelajaran dengan unsur-unsur budaya yang diarahkan pada penguatan multikulturalisme. Lebih lanjut dijelaskan, bentuk aktivitas masyarakat yang bernuansa matematis operasional hitung yang dipraktikkan dan berkembang di tengah kehidupan masyarakat Kabupaten Kudus seperti cara-cara menjumlah, mengurang, membilang, mengukur, menentukan lokasi, merancang bangunan seperti makam, masjid, menara Kudus, rumah, dan berbagai jenis permainan tradisional yang dipraktikkan masyarakat secara umum, bahasa yang diucapkan, simbol-simbol tertulis, gambar-gambar, serta benda-benda fisik yang merupakan gagasan matematika mempunyai nilai matematis yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran.
Implementasi model Concept Attainment berbasis online Schoology yang diintegrasikan dengan budaya lokal Kudus dilakukan salah satu SD di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yaitu SD 3 Puyoh yang telah mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep geometri siswa kelas V. Model Concept Attainment berbasis online Schoology terintegrasi budaya lokal Kudus yang telah diterapkan di SD 3 Puyoh merupakan suatu pembelajaran yang bertujuan menanamkan konsep melalui contoh-contoh yang diberikan secara online melalui platform Schoology dengan mengaitkan budaya lokal Kudus dalam materi geometri siswa.
Langkah-langkah pembelajarannya meliputi: 1) guru memberikan penjelasan cara penggunaan media online Schoology kepada siswa. Hal ini dilakukan dengan cara pembuatan vidio tutorial yang dikirim keapada siswa melalui aplikasi WhatsApp.; 2) Guru membuat kelas pembelajaran pada fitur yang terdapat dalam Schoology. Langkahnya yaitu guru login pada Schoology kemudian klik menu Courses-Create; 3) Guru meminta siswa bergabung pada kelas pembelajaran yang telah dibuat melalui kode akses yang diberikan; 4) Identifikasi konsep yaitu guru menyajikan contoh-contoh melalui vidio yang telah diupload di Schoology kemudian siswa mengidentifikasi sifat dalam contoh. Dalam langkah ini guru memberikan contoh-contoh bangun yang menjadi ciri khas kabupaten Kudus yaitu Masjid, Rumah khas Kudus, Menara Kudus, dan Makam Sunan Kudus. Dari bangunan-bangunan tersebut dapat dikaitkan dengan materi geometri bidang datar dan keruangan. Kemudian siswa diminta untuk membandingkan sifat-sifat/ciri-ciri bangun yang ditampilkan. Dikahiri dengan siswa menjelaskan sebuah definisi bangun menurut sifat/ciri yang teridentifikasi; 5) Pengujian pencapaian konsep yaitu guru menguji hipotesis, menyatakan kembali definisi menurut sifat dalam contoh. Dalam langkah ini siswa dihadirkan contoh-contoh tambahan yang belum jelas labelnya. Melalui fitur chat Schoology guru meminta siswa membuat contoh mencari bangunan yang ada di kabupaten Kudus yang memiliki bentuk seperti balok, kubus, prisma dan limas; 6) Analisis strategi pemikiran yaitu siswa mendiskusikan ragam hipotesis melalui platform Schoology. Dalam tahapan ini guru bertanya mengapa dan bagaimana, selanjutnya membimbing diskusi; 7) Guru memberikan latihan soal melalui fitur Quiz pada Schoology. Soal yang diberikan bertujuan untuk memperkenalkan pada siswa tentang bangunan-bangunan yang terdapat di Kabupaten Kudus. Seperti menara kudus, makam Sunan Kudus, rumah khas kudus dan masjid. Langkah selanjutnya yaitu mengaitkan dengan matematika formal siswa. Dalam hal ini adalah siswa mengidentifikasi macam-macam bangun ruang sisi datar yang terdapat pada bangunan-bangunan tersebut.
Penerapan model Concept Attainment berbasis online Schoology terintegrasi budaya lokal Kudus dari siklus I dan II tampak terjadi peningkatan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil skor tiap indikator kemampuan pemahaman konsep Geometri pada siswa. Hasil tersebut relevan dengan pendapat Bruner (dalam Dini Palupi Putri, 2017) yang menyatakan model Concept Attainment merupakan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang digunakan untuk membedakan contoh dan bukan contoh yang tepat dan tidak tepat. Sehingga dalam proses pembelajaran yang menggunakan model Concept Attainmet mengaktifkan proses pembelajaran dan aktivitas guru meningkat.
Dengan ini diharapkan untuk para guru baik di tingkat SD maupun jenjang yang lebih tinggi dapat melakukan proses pembelajaran dalam masa pandemi seperti ini dengan lebih variatif salah satunya yaitu dengan menggunakan model Concept Attainment berbasis online Schoology terintegrasi budaya lokal Kudus. Penggunaan model ini juga dapat diimplemantasikan untuk memfasilitasi seluruh siswa sebagai alat bantu pembelajaran guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.(*)