*Oleh: Hastutik Akhadiyah, SP.d
Pengajar di MTs PB. Roudlotul Mubtadiin Jepara Provinsi Jawa Tengah
Saya adalah seorang guru di sebuah Madrasah Tsanawiyah swasta di kota Jepara tepatnya di MTs. PB. Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara. Saya mengajar mata pelajaran IPS. Alhamdulillah sebuah anugerah yang luar biasa diberikan kesempatan untuk dapat mengamalkan ilmu dilingkungan sekolah Madrasah Tsanawiyah. Pada kesempatan kali ini saya akan mengidentifikasi masalah yang muncul pada pelaksanaan pembelajaran yaitu motivasi belajar belajar peserta didik yang rendah. Oleh karena itu sebagai seorang guru dituntut harus bisa memberikan peran yang aktif serta menyenangkan dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses belajar yang di bangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik seta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru. Pembelajaran juga menjadi sebuah upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal ini tentu berbedadengan pengertian belajar. Yang dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk memeperoleh kepandaian atau ilmu berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Dengan kata Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pemilihan media pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam pemilihan media pembelajaran yang dirasa tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran juga sesuai dengan karakteristik peserta didik, selain itu guru juga bisa memilih media pembelajaran yang dikuasainya baik dalam pembuatan dan juga pengoperasian nya. Disini saya memilih menggunakan model pembelajaran problem based learning ( PBL) untuk membuat peserta didik termotivasi dalam pembelajaran.
.
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa indonesia disebut Pembelajaran Berbasis Masalah(PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah Merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pengertian pembelajaran berbasis masalah yang lain adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata. Proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan serta laporan akhir. Dengan demikian peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah serta memeperoleh pengetahuan.
Menurut Finkle and Torp (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simulasi strategi pemecahan masalah dan dasar – dasar pengetahuan dan ketrampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari – hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Dua definisi diatas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari – hari
Dalam pembelajaran, berbagai strategi dilakukan oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesiapan dalam pembelajaran, ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran dan penguasaan materi menjadi kunci efektifnya pembelajaran. Dimana seorang guru menjadikan pengalaman belajar sebagai bahan instropeksi agar pembelajaran semakin baik dan kondusif. Begitu juga peserta didik yang menjadi subjek dalam kegiatan belajar mengajar juga harus bisa menjadikan pembelajaran tersebut sebagai bentuk dalam mengumpulkan dan menyempurnakan pengetahuan yang mereka miliki.
Rendahnya hasil belajar aspek kognitif peserta didik biasanya dikarenakan peserta didik belum maksimal terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan saat mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik ada yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran, suka mengganggu teman, sibuk dengan kepentingannyaa sendiri seperti tidur didalam kelas, dan berbicara dengan teman sebangkunya. Pembelajaran IPS diharapkan menjadi pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan.
Sehingga Model pembelajaran kreatif dan inovatif dalam mata pelajaran IPS lebih memungkinkan untuk diterapkan. Karena dalam proses pembelajaran lebih memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitasnya, sehingga model ini yang lebih tepat berperan adalah peserta didiknya sedangkan guru hanya bertindak sebagai organisator, fasilitator dan evaluator. Oleh karena itu, adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS di kelas dapat berupa model pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan adalah model PBL.
Pembelajaran Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang membuat peserta didik menjadi aktif dan berfikir kritis.
Model pembelajaran Problem Based Learning ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan peserta didik, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar peserta didik dapat berpikir optimal.
Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya.
Sintak model Problem-based Learning menurut triyono adalah sebagai berikut:
- orientasi peserta didik pada masalah yang meliputi penjelasan dan motivasi, penjelasan tujuan dan perlengkapan
- Mengorganisas peserta didik meliputi mendifinisikan masalah dan mengorganisasikan tugas belajar
- Membimbing penyelidikan peserta didik meliputi mendorong mengumpulkan informasi, eksperimen, untuk menjelaskan masalah
- Mengembangkan dan menyajikan hasil meliputi mengembangkan, dan membuat laporan hasil karya
- Menganalisis dan mengevaluasi masalah meliputi evaluasi terhadap penyelidikan dan proses – proses yang peserta didik gunakan.
Kelebihanan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model Problem Based Learning (PBL) juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu di cermati untuk keberhasilan penggunaanya.
- Kelebihan :
- Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
- Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
- Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.
- Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
- Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
- Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
- Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata(Sanjaya, 2007).
- Kelemahan
Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya :
- Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
- Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2007).
Sedangkan kekurangan model PBL (Shoimin, 2016) antara lain: 1) pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, dan 2) dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep- konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).
Dengan model pembelajaran Problem based learning dan metode tanya jawab dan diskusi peserta didik terlihat antusias daripada sebelumnya memakai metode ceramah dalam pembelajaran sehingga dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan sangat dibutuhkan untuk membuat peserta didik berperan aktif dan mendapatkan hasil belajar yang baik seta meningkat dibanding dengan penggunaan model pembelajaran yang konvensional atau yang masih monoton. Sehingga pembelajaran IPS dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps